Tahukah kamu bila secangkir kopi yang kita minum tenyata membutuhkan 140 liter air?
Atau 1 kg beras merupakan hasil dari 3000 liter air?
Dan untuk mendapatkan 1 kilogram daging sapi kita harus menggunakan 16 ribu liter air?!
Bandingkan jumlah air tersebut dengan kebutuhan air harian kita yang hanya berkisar antara 20-50 liter.
Fakta yang mencengangkan bukan?!
Meener Arjen Hoekstra, seorang professor asal Belanda yang memulai penelitian ini pada tahun 2002. Water Footprint, begitu ia menamakannya, adalah indikator alternatif penggunaan air. Water Footprint melihat penggunaan air secara langsung maupun tidak langsung oleh pemakai (konsumer) ataupun pembuat (produser). Penggunaan air langsung adalah air yang kita gunakan untuk mandi, minum, mencuci, menggosok gigi dan lainnya sedangkan tidak langsung adalah yang kita nikmati melalui berbagai macam hal seperti contoh di awal tulisan ini.
http://waterfortheworld.net/uploads/tx_casestudy/Water_footprint.jpg
Water Footprint individu, komunitas atau bisnis adalah volume total air tawar yang digunakan untuk memproduksi suatu barang dan jasa yang kemudian dikonsumsi oleh individu atau komunitas. Sejak saat itu, Water Footprint mulai berkembang dan tersebar ke seluruh dunia bahkan tahun 2008 dibentuk Water Footprint Network yang bertujuan untuk menkoordinasi dan menyebarkan pengetahuan, metode, alat dan perkembangan mengenai konsep ini.
Water Footprint mengaitkan antara konsumsi manusia dengan isu ketersediaan air tawar berdasarkan rantai produksi dan suplai. Bukan tidak mungkin kita juga ikut andil mengkonsumsi air dari Negara lain yang sedang krisis air. Bayangkan saja, misalkan kita membeli dan memakai baju bertuliskan “made in Spain”, secara tidak langsung kita mengkonsumsi air dari Spanyol atau saat kita membeli bahan makanan yang diimpor, secara tidak langsung kita juga mengkonsumsi air dari negara asal bahan makanan tersebut.
Mengetahui asal dan jumlah air yang digunakan untuk memproduksi suatu barang atau jasa akan membantu pemerintah dalam membuat kebijakan yang sesuai dalam pengelolaan sumber daya air yang tersisa. Sekali lagi, kontribusi Belanda dalam bidang air berhasil memberikan kontribusi signifikan yang merubah cara pandang kita melihat sesuatu.
Yak. Air, air, air. Belanda memang diidentikkan dengan air. Lalu, bagaimana dengan ikon Belanda yang sangat terkenal, kincir angin? Atau kanal kanal yang malang melintang di setiap kota di Belanda serta arsitektur khas Belanda yang berderetan di tepi kanal ataupun yang ada di Indonesia? Bagi saya, setiap aspek kehidupan bangsa Belanda dan inovasi-inovasinya dipengaruhi dan dimulai dengan air.
Belanda yang berhadapan langsung dengan Laut Utara dan dilewati oleh tiga sungai besar yaitu Meuse, Rheine dan Schledt hanya memiliki luas daratan 41.526 km persegi atau sepertiga pulau Jawa, tapi sekitar 50% daratannya terletak lebih rendah dari laut. Tentu saja, secara alamiah, gempuran banjir dari sungai dan laut merupakan ancaman yang lazim untuk situasi tersebut. Untuk mengatasi hal ini, dibuatlah tanggul-tanggul dan kanal-kanal dan untuk mengeringkan lahan agar bisa digunakan untuk bertani dibangunlah deretan pompa pompa kincir angin yang sampai hari ini menjadi ikon Belanda. Inovasi Belanda yang abadi.
Minimnya lahan di Belanda juga mau tidak mau membuat arsitek negeri tersebut harus berputar otak. Kepadatan penduduknya yang mencapai hampir 400 orang per km persegi tidak memberikan banyak pilihan selain berpikir kreatif bagaimana memanfaatkan lahan yang ada. Arsitek arsitek yang penuh inovasi pun bermunculan, seperti H.P Berlage yang dijuluki “Bapak Arsitektur Modern” yang menjembatani era Tradisional dan Modernis atau Thomas Karsten yang karyanya bertebaran di penjuru Indonesia seperti Jakarta, Bogor, Malang dsb yang menggabungkan lingkungan urban kolonial dengan elemen asli sebuah hal yang radikal pada jamannya.
Keakraban bangsa Belanda dengan air ini juga menjadikan mereka pelaut-pelaut yang tangguh. Sejak jaman kolonialisme, pelaut Belanda telah mengeksplorasi dan menjelajah dunia demi iming-iming rempah-rempah yang harganya sama bernilainya dengan emas. Sampai saat ini, pelabuhan utama di Belanda yaitu Rotterdam merupakan salah satu pelabuhan internasional tersibuk di dunia.
Mungkin juga fisikawan dan matematikawan Bernoulli yang terkenal dengan Hidrodinamika-nya terinspirasi pula dengan kondisi negaranya yang dikelilingi air. Siapa tahu?!
---------------
http://www.facebook.com/note.php?created&&suggest¬e_id=389111235671#!/notes.php?id=530175936
nice article ..semoga dapat yah ke belanda nya :)
ReplyDeleteyup, kehidupan kita memang nggak bisa dipisahkan dari air.. so, belajar ttg air itu penting bgt..yuk belajar di Belanda :)
ReplyDeleteanin...iya udah lama nih, kapan2 janjian lagi yukk
ReplyDeletebtw nice info :)
bang hawiiisss.. iya makasih doanyaaaa.. grogi euy, liat peserta yg lain cerdas cerdas. :D
ReplyDeleteunending dreams.. haha.. betuulll.. ini makanya lagi diusahakan ;) i read yours too. impressive! ;) gud luck to you too ya..
ReplyDeleteIrmaaaaa... miss you too!! are you home yet? eh, home means Jakarta dink.. :p meet up yuk sama Nana juga, dll deh.
ReplyDelete